1/18/10

Judul : PILIHAN KATA

TIU : siswa dapat memiliki kemampuan memilih kata secara tepat dalam berbahasa, baik lisan maupun tulisan.

TIK : Mahasiswa dapat

1. Menjelaskan dasar pengertian pilihan kata (diksi).

2. Membedakan antara denotasi dan konotasi dalam hubungannya dengan makna kata.

3. Menerangkan pertalian makna kata dalam pemakaian kalimat.

4. Memilih kata secara tepat dalam berbahasa.



Judul   : PILIHAN KATA
TIU      : Mahasiswa dapat memiliki kemampuan memilih kata secara tepat dalam berbahasa, baik lisan maupun tulisan.
TIK      : Mahasiswa dapat
1.      Menjelaskan dasar pengertian pilihan kata (diksi).
2.      Membedakan antara denotasi dan konotasi dalam hubungannya dengan makna kata.
3.      Menerangkan pertalian makna kata dalam pemakaian kalimat.
4.      Memilih kata secara tepat dalam berbahasa.

A.    Pendahuluan

Pilihan kata atau diksi berhubungan dengan bagaimana seorang pembicara atau penulis memilih kata atau istilah yang tepat digunakan dalam penuturan atau karangan yang disusunnya.Persoalan pilihan kata tidaklah sederhana dan terbentuk begitu saja, melainkan cukup kompleks dan memerlukan perhatian untuk dipelajari.Kenyataan menunjukkan bahwa ada orang yang mudah mengungkapkan maksudnya dan mempunyai perbendaharaan kata yang lumayan, dan sebaliknya ada orang yang sulit mengungkapkan maksudnya dan mempunyai perbendaharaan kata yang terbatas (miskin).Hubungan antara manusia dengan sesamanya melalui bahasa meruapkan kegiatan yang sangat penting dan menentukan perkembangan masyarakat, lebih-lebih pada tingkat perkembangan dewasa ini dan seterusnya.
Perbendaharaan kata yang memadai disertai kemampuan yang tinggi untuk memilih kata yang tepat dalam jaringan kalimat yang jelas dan efekif akan membantu yang bersangkutan untuk terlibat secara aktif dalam komunikasi masyarakat secara luas dengan berbagai keuntungan yang dapat dipetik.
Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan yang menemukan bentuk sesuai dengan  situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh pendengar/pembaca.Ketepatan memilih kata dalam pembicaraan atau karangan dilihat dari dua sudut yang saling berkaitan, yaitu ketepatan memilih kata dilihat dari pembicara atau penulis itu sendiri untuk mewakili gagasan yang dicetuskannya, dan dari sudut masyarakat yang menerima gagasan tersebut sesuai dengan norma-norma yang berlaku .Disinilah diperlukan pengetahuan yang cukup tentang kata-kata dengan berbagai bentuk/maknanya dengan kelaziman penggunaannya.Makin luas dan dalam pengetahuan kita tentang kata-kata dengan berbagai makna yang dikandungnya, makin mudah kita memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan-gagasan yang ingin disampaikan kepada orang lain.

B.      Makna kata

Ketepatan pilihan kata yang dapat mendukung gagasan yang hendak diungkapkan dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tergantung pada makna kata.Dalam garis besarnya makna kata itu dapat dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna yang bersifat konotatif.Makna kata yang bersifat denotatif adalah makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai dengan konsepnya seperti yang terdapat dalam kamus (makna leksikal).Makna kata yang bersifat konotatif ialah makna tambahan atau sampingan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu pemakai bahasa tersebut.Kata yang tidak mengandung makna / perasaan tambahan disebut denotasi, sedangkan makna kata yang mengandung arti tambahan atau perasaan tertentu disamping arti umum disebut konotasi.
Contoh      : Toko itu dilayani gadis-gadis manis
                    Toko itu dilayani dara-dara manis
                    Toko itu dilayani perawan-perawan manis
                  Ketiga kata yang bercetak miring itu memiliki arti yang sama, yaitu wanita yang masih muda.Kata gadis mengandung arti yang paling umum , yaitu mengacu kepada sekelompok manusia (wanita yang masih muda) tanpa suatu makna tambahan.Kata dara lebih bersifat puitis, lebih indah, lebih terasa, dan mengandung asosiasi yang lebih menyenangkan.Adapun kata perawan mengandung asosiasi tertentu, karena tidak semua wanita muda yang dimaksud itu perawan.Dari ketiga contoh diatas dapat dilihat bahwa kata gadis bersifat denotatif, sedangkan kata dara dan perawan bersifat  konotatif.
Contoh lain          : Ia sedang makan nasi
                                Pegawai yang suka makan suap segera dipecat.
                                Petang itu kami berjalan-jalan makan angin
                                Pembangunan gedung itu makan biaya cukup banyak
                  Makna denotatif mempunyai pertalian dengan keterangan yang bersifat faktual, dan dalam bentuk yang murni dihubungkan dengan pemakaian yang bersifat ilmiah.Seorang pembicara atau penulis ingin memberikan keterangan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu cenderung untuk menggunakan kata-kata yang bersifat denotatif.Pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus merupakan tujuan utamanya, dan ia tidak menginginkan arti tambahan berdasarkan penafsiran tertentu dari pembaca.
                  Ketepatan pilihan kata yang bersifat denotatif harus tampak dari kesanggupan kata-kata itu untuk menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan penulis dan mencegah kemungkinan adanya penafsiran lain.Pilihan kata yang bersifat denotatif dapat dilakukan dengan baik jika kita rajin membuka kamus yang bersifat umum atau khusus.
                  Makna konotatif timbul karena bahasa yang digunakan tidak hanya dipakai untuk memberikan keterangan yang bersifat faktual, melainkan juga untuk keperluan lain seperti mengajukan pertanyaan, memberi perintah, mempengaruhi atau membujuk orang lain, dan menyindir orang lain secara halus atau kasar.Penggunaan bahasa untuk keperluan-keperluan yang demikian dapat menggeser makna denotatifnya.Pilihan kata berdasarkan makna konotatif lebih sulit dilakukan jika dibandingkan dengan pilihan kata berdasarkan makna denotatif.Itulah sebabnya pilihan kata atau diksi banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat denotatif.

C.     Pertalian makna kata

1.      Sinonim

                  Kata-kata yang kita pakai untuk mengungkapkan gagasan atau untuk berhubungan dengan orang lain masing-masing mempunyai makna atau nuansa makna yang berlainan, akan tetapi dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata yang satu dengan kata yang lain.Kata-kata tertentu yang memiliki makna yang sama disebut bersinonim.Sinonim atau persamaan kata itu tidak sepenuhnya berlaku, akan tetapi dari bentuk-bentuk yang berbeda itu ada makna yang sama.Kata manipulasi misalnya tidak sama maknanya dengan kata kecurangan, penggelapan, penimbunan, dst, akan tetapi antara bentuk-bentuk yang berbeda mengandung makna yang sama dalam kadar tertentu.Contoh lain yang dapat diberikan ialah kata stabil yang bersinonim dengan kata mantap, kuat, tetap, kukuh, dst.
                  Sinonim-sinonim itu terjadi pada setiap bahasa yang berkembang.Pengenalan bahasa lain membawa akibat penerimaan kata-kata baru itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.Melalui proses serapan kita mengenal dan menerima kata prestasi dan produksi, meskipun sebelumnya sudah ada kata hasil sebagai padanannya.Ada kata maksiat disamping kata jahat dan kotor, demikian juga dengan kata risalah, artikel, makalah, disamping kata karangan.Kata-kata yang bersinonim itu ada yang berasal dari bahasa asing seperti yang dikemukakan di atas, dan ada pula yang berasal dari bahasa daerah.Setiap kata itu dapat saja menyatakan makna tertentu berdasarkan nilai rasa pemakainya.Kita mengenal kata-kata seperti tambang dan tali, parang dan golok, ubi kayu dan singkong, lempung dan tanah liat, mati dan meninggal, mayat dan jenazah, muda dan remaja, dll.

2.      Polisemi

                  Polisemi ialah bentuk yang sama dengan beberapa makna, suatu kata yang mempunyai lebih dari satu makna kata.Kata korban misalnya dapat berarti 1) pemberian untuk menyatakan kebaktian, 2) Orang yang menderita kecelakaan karena perbuatan tertentu, 3) Orang yang meninggal karena tertimpa bencana
                  Contoh lain adalah kata kaki yang mempunyai polisemi seperti 1) anggota badan yang dipakai untuk berjalan, 2) bagian barang yang menjadi penopang, 3) ukuran panjang (kaki Belanda 0,28 m,kaki inggris 0,304 m).
                  Kata yang mengandung polisemi masih jelas pertalian maknanya.Perbedaan-perbedaan makna itu timbul karena pemakaian kata yang berbeda dalam penuturan, khususnya dalam perangkat kalimat.

3.      Homonim
                 
                  Homonim mempunyai pengertian dua kata yang bertalian dalam bentuk yang sama.Perbedaan makna itu jelas adanya karena kata-kata yang sama bentuknya masing-masing berdiri sendiri sebagai satu kata, dan antara keduanya tidak ada pertalian.Jika kata-kata tersebut bunyinya sama maka bentuk-bentuk yang demikian disebut homofon (sama bunyi).Ada juga kata-kata yang tulisannya sama dengan makna yang berbeda, dan bentuk-bentuk yang demikian disebut homograf (sama tulisan).Kata buku dalam bahasa Indonesia adalah homonim, yaitu buku sebagai kata asli bahasa Indonesia yang berarti “tulisan sendi” ,dan buku yang berasal dari kata boak(bahasa belanda) yang berarti “kertas bertulisan yang dijilid”.
                  Contoh lain ialah kata kopi yang berasal dari bahasa asing, yaitu kopi berasal dari bahasa belanda koffie yang berarti “nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman’, dan kopi yang berasal dari bahasa inggris copy yang berarti “salinan”.Kata bisa yang bentuknya sama dalam bahasa Indonesia dapat berarti “zat racun’ dan yang lain berarti “dapat, boleh”.

4.      Hiponim
                 
                  Antara sebuah kata dengan kata yang lain dapat juga terjadi hubungan atas dan bawah, yaitu ada kata yang berkedudukan pada tingkat atas (kelas atas) dan ada kata yang berkedudukan sebagai kelas bawah.Kata yang ada pada tingkat atas itu disebut superordinat, sedangkan kata yang berkedudukan sebagai kelas bawah disebut hiponim.Sebagai contoh nama-nama bunga seperti melati, mawar, sedap malam adalah hiponim, sedangkan kata bunga atau kembang adalah superordinat.Kata manusia adalah superordinat yang membawahi hiponim pria dan wanita, demikian juga kata binatang sebagai superordinat untuk hiponim burung, ikan, dll.
                  Dalam mengacu sebuah hiponim, seorang pembicara atau penulis dapat saja dengan mengacu superordinatnya, tetapi hal yang sebaliknya tidak bisa.Untuk mengatakan “saya memukul anjing itu” dapat diganti dengan “saya memukul binatang itu”.Kita tidak bisa mengatakan “ia makan mangga” untuk menggantikan “ia makan buah-buahan”.

5.      Antonim

                  Kata-kata yang digunakan dalam berbagai kebutuhan masing-masing mempunyai lawan makna.Kata yang berlawanan maknanya itu disebut antonim.Kata panjang berantonim dengan pendek, kotor dengan bersih, berat dengan ringan, tinggi dengan rendah, dst.Kata-kata yang berlawanan itu sering dipakai bersamaan dalam paduan kata, seperti jual beli, suami isri, tua muda, serah terima, dll.

D.    Pilihan kata dalam tulisan

                  Pilihan kata dalam tulisan atau karangan termasuk hal yang sangat penting.Pilihan kata dalam tulisan harus tepat, sebab kata-kata atau ungkapan yang digunakan harus dapat mewakili pikiran, gagasan, atau apa yang dimaksud penulis dan yang akan memberikan keterangan sesuai dengan yang dikehendakinya.Dalam hal ini sangat perlu diperhatikan nilai rasa yang berlaku dalam masyarakat, agar gagasan penulis dapat diterima dengan baik dalam masyarakat.Dalam penulisan harus dibedakan secara jelas tentang pemakaian kata-kata bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku.Ketidaktepatan pemakaian kata dalam tulisan atau karangan akan menimbulkan kesalahpahaman yang berkepanjangan.
                  Dalam karang mengarang harus digunakan bahasa Inonesia baku atau bahasa Indonesia ragam resmi.Bahasa baku seperti yang sudah dibicarakan, adalah bahasa yang dalam pemakaiannya telah diterima secara umum dan diangkat berdasarkan kesepakatan bersama(secara konvensional).Bahasa baku (standar) adalah bahasa yang menjadi dasar ukuran pemakaian secara resmi, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku padanya.(Contoh:lihat SAP Bahasa Baku!)

1.      Pilihan Kata dalam Kata-kata Bersinonim

                  Kata-kata yang bersinonim harus dapat dibedakan secara tepat dalam pemakaiannya, baik dalam hubungan maknanya maupun dalam hubungan nilainya.
Contoh      : usul, saran, anjuran, nasihat.
                  Menyampaikan usul berarti menyampaikan sesuatu / pendapat dengan harapan pendapat itu diterima oleh pihak yang diusuli.Saran lebih lemah sifatnya daripada usul.Pemberi saran tidak memaksakan agar pendapatnya diterima.Diterima atau tidak terserah kepada penerima saran.Anjuran lebih keras sifatnya daripada saran.Pemberi anjuran menginginkan anjurannya dituruti penerima anjuran tersebut.Nasihat, sesuatu yang disampaikan kepada seseorang berupa anjuran yang baik untuk diresapkan dan dipatuhi.
Contoh      : seimbang, serasi, selaras.
                  Seimbang,menyatakan adanya keseimbangan, sedangkan serasi, menyatakan adanya kecocokan.Adapun selaras, menyatakan sesuatu yang sejalan.
                  Diantara berbagai bentuk kata yang bersinonim harus dapat dipilih yang tepat pemakaiannya.
Contoh      :
Tepat/Baku   
pemirsa, ilmuwan, peresmian, mengesampingkan, teladan, pihak
Tidak Tepat/tidak baku
pirsawan, ilmiawan, pengresmian, mengenyampingkan, tauladan, fihak

2.      Pilihan kata dalam Kalimat Bersinonim

                  Sinonim dalam kalimat biasanya terdapat pada bentukan pasif di- dengan pelaku orang III dengan pasif bentuk persona dengan pelaku orang I dan II.Dalam hal ini pun harus diketahui benar ketepatan bentuk sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Baku/tepat
Tidak Baku/tidak tepat
Buku itu saya baca sampai tamat
Buku itu telah saya baca
Buku itu dibacanya
Buku itu dibaca oleh saya sampai tamat
Buku itu saya telah baca
Buku itu ia baca
                  Dapat juga sinonim dalam kalimat ini dilihat dari sudut pemakaian bentuk aktif dengan bentuk pasif.
§         Jika pelaku dipentingkan digunakan bentuk aktif, seperti;
                        Saya akan mengembalikan buku anda.(saya dipentingkan)
§         Jika penderita dipentingkan digunakan bentuk pasif, seperti:
                        Buku anda akan saya kembalikan.(buku anda dipentingkan)
Jadi tidak digunakan sebaliknya, melainkan sesuai dengan yang dipentingkan.

3.      Pilihan Kata dalam Sinonim Kelompok Kata (Frase)

                  Sinonim dalam kelompok kata (frase) terdapat karena adanya pemberian kualifikasi yang berlebih-lebihan.
Contoh:
Sangat istimewa sekali :        Sangat istimewa atau istimewa sekali.
Amat sangat baik             :     Amat baik atau sangat baik
Disebabkan karena sakit, ia tidak dating:
Sebab sakit, ia tidak datang   atau   Karena sakit, ia tidak datang.
                  Di samping itu terdapat pula sinonim dalam kelompok kata yang berhubungan dengan kelompok kata kerja partikel yang banyak berorientasi pada bahasa asing(inggris dan Belanda) yang menimbulkan berbagai alternatif bersaing, yaitu:
  1. Terdiri dari, terdiri atas, terdiri dalam
  2. Terjadi dari, terjadi atas , terjadi dalam
  3. Tergantung dari, tergantung atas, tergantung pada, bergantung pada
  4. Berdasarkan atas, berdasar atas, berdasar pada
  5. Terima kasih atas, terima kasih dengan, terima kasih pada
  6. Berhubung dengan, berhubungan dengan, berhubung pada
  7. Dibandingkan dengan, dibanding pada
  8. Berbeda dengan, berbeda dari, berbeda dalam
  9. Sesuai dengan, sesuai pada
  10. Ditemani oleh, ditemani dengan, ditemani sama
Yang tepat atau baku ialah untaian yang digarisbawahi

4.      Pilihan kata yang Dekat dengan Pendengar atau Pembaca

            Dalam tutur kata atau dalam karangan, pilihan kata haruslah dekat dengan pendengar atau pembaca, agar buah pikiran dan gagasan kita dengan mudah dapat ditangkap dan dipahami.Hal ini berarti bahwa pilihan kata itu haruslah sesuai dengan tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan tingkat usia pendengar atau pembaca.Dalam bahasa tutur terutama dalam penyampaian pidato, ceramah dan khutbah hal ini harus benar-benar perlu mendapat perhatian.Dalam tulisanpun demikian, cerita untuk anak-anak berbeda corak bahasanya dengan cerita untuk orang dewasa.
                  Demikian pula pemakaian kata-kata singkatan perlu mendapat perhatian.Singkatan yang dapat dipakai hanyalah yang sudah umum benar diketahui pembaca, atau jika diperlukan pemakaiannya harus disertai keterangan kepanjangannya secara tepat.
Contoh:
Balita, singkatan dari bayi di bawah umur lima tahun
Tilang,singkatan dari bukti pelanggaran
Asi,singkatan dari air susu ibu
Poster,singkatan dari operasi halilintar
Porseni,singkatan dari pekan olahraga dan seni




NaiCaNa said...

lengkap sekali tapi hafal semua tidak ya? :p

1 Comment On Pilihan Kata - [+] Post a Comment